KONSEP WAHDATUL WUJŪD MENURUT IBN ‘ARÂBÎ
Ajaran sentral Ibn Arâbî adalah tentang wahdatul al-wujûd yang istilahnya bukan
berasal dari Ibn Arâbî sendiri melainkan berasal da’i Ibnu taimiyah tokoh yang paling keras
dalam mengecam dan mengkritik ajaran sentralnya tersebut. Ibnu taimiyah telah
berjasa dalam mempopulerkan wahdatul al-wujûd ke dalam masyarakat islam meskipun tujuannya negatif.
Kaum atheis dan golongan madzhab wahdatul wujûd mengemukakan fana wujud selain Allah dalam kitab “Fushûshul hikâm” dan orang-orang yang
sepadan dengannya mengatakan bahwa wujud khalik adalah wujud makhluk. Dipahami
dari ucapan mereka itu bahwa mereka tidak mengakui adanya wujud selain Allah.
Ucapan ini hanya lahir dari mulut orang kafir seperti yahudi, nasarani, dan
penyembah berhala, orang yang mengatakan bahwa sesungguhnya Tuhan dan hamba
tidak ada perbedaan antara keduanya, ucapan ini sebenarnya menunjukan kekafiran
yang nyata terutama apabila yang dimaksudkan seluruh makhluk meskipun yang
dimaksud adalah para wali Allah yang beriman dan bertaqwa, kita tidak bisa
langsung memfonis Ibn Arâbî dan orang-orang sehaluannya adalah kafir, namun
bukan berarti kita harus menerima mentah-mentah hasil ijtihad mereka dibidangnya
masing-masing khusunya tasawuf ini, karena kita yakin bahwa mereka umumnya
adalah terdiri dari mutjahid islam di bidangnya. Dari hasil pengkajian ijtihad
dan maka ajaran tasawuf seperti ittihad, hûlûl, waḫdtul wujûd dan
sejenisnya perlu di kaji ulang.
Menurut Ibnu taimiyah wahdatul wujûd adalah penyamaan Tuhan dengan alam, dia menilai bahwa ajaran Ibn Arâbî
adalah dari aspek tasybihnya (penyerupaan) khalik dengan makhluknya.[1] Ia belum menilai dari aspek tanzihnya (penyucian khalik). Menuru Ibn
Arâbî wujud semua yang ada ini hanyalah satu dan pada hakikatnya wujud makhluk
adalah wujud khalik pula, tidak ada perbedaan diantaranya dari segi hakikatnya,
dan kalaupun di lihat dari sudut pandang panca indra. Wujud alam pada
hakikatnya adalah wujud Allah dan Allah adalah hakikat alam. Tidak ada
perbedaan antara wujud yang qodim dengan yang baru atau dengan kata l;ain tidak
ada perbedaan antara ‘abîd (menyembah) dan ma’bûd (yang di
sembah)
Kalau khalik dan makhluk bersatu dalam wujudnya mengapa telihat dua?
Menurut Ibn Arâbî tidak
memandangnya dari sisi satu, tetapi memandang keduanya bahwa khalik dari sisi
satu dan makhluk dari sisi yang lain. Jika mereka memandang dari sisi yang lain
mereka pasti mengetahui hakikat keduanya yakni dzatnya satu yang tak
terbilang dan terpisah. Wujud Tuhan juga wujud alam dan wujud Tuhan bersatu
dengan wujud alam yang dalam istilah barat disebut panteisme, yang di
definisikan oleh Henry C.Theissen. panteisme adalah teori yang menyatakan bahwa
segala sesuatu yang terbatas adalah aspek modifikasi atau bagian dari satu
wujud yang kekal dan ada dengan sendirinya.
Ibn Arâbî menyebut wujud, maksudnya adalah wujud yang mutlak yaitu wujud
Tuhan, satu-satunya wujud menurut Ibn Arâbî adalah wujud tuhan, tidak ada wujud
selain wujud-Nya. Kesimpulannya kata wujud tidak diberikan kepada selain tuhan.
Dalam bentuk lain dapat dijelaskan bahwa makhluk diciptakan oleh tuhan dan
wujudnya bergantung pada wujud tuhan.
Dengan demikian, Ibn Arâbî menolak ajaran yang mengatakan bahwa alam semesta ini diciptakan dari
tiada. Ia mengatakan bahwa nur Muhammad itu qodim dan merupakan sumber emanasi
dengan berbagai kesempurnaan ilmiah dan alamiah yang terealisasikan pada dari
pada nabi adam sampai nabi Muhammad dan dari nabi Muhammad pada diri
pengikutnya yaitu para wali.
Dari konsep-konsep wahdat al-wujûd Ibn Arâbî ini muncul dua konsep
yang sekaligus merupakan lanjutan atau cabang dari konsep dari wahdatul
al-wujud itu, yaitu konsep al-hakikat al-muhammadiyah dan konsep wahdat
al-adyan (kesamaan agama).
Dalam menjelaskan konsep wahdatul wujûd Ibn Arâbî mengungkapkan
bahwa wujud ini satu, namun dia memiliki penampakan yang disebut dengan alam
dan ketersembunyiannya yang dikenal dengan asma yang memiliki pemisah yang
disebut dengan barzah atau menghimpun dan memisahkan antara batin dan lahir itulah
yang di sebut dengan insan kâmil.[2]
Ia
juga menjelaskan bahwa tuhan segala tuhan adalah Allah SWT. Sebagai nama yang
teragung dan sebagai ta’ayun (pernyataan) yang pertama. Ia merupakan
sumber segala nama dan tujuan akhir dari segala tujuan dan arah dari segala
keinginan serta mencakup segala tuntutan, kepada-Nyalah isyarat yang
difirmankan Allah kepada rasulnya, bahwa kepada Tuhan-Mu lah tujuan akhir
karena Muhammad adalah mazhar dari pernyataan yang pertama, dan tuhan
yang khusus baginya adalah ketuhanan yang agung ini. Ketahuilah bahwa segala
nama-nama Allah merupakan gambaran dalam ilmu Allah. Sedangkan hakikat
muhammadiyah merupakan gambaran dari nama Allah yang menghimpun segala nama
ketuhanan yang darinya muncul limpahan atas segala yang ada dan Allah sebagai
tuhannya. Perlu diketahui bahwa yang dimaksud dengan hakikat muhammadiyah
disini bukanlah nabi Muhammad sebagai manusianya, namun hakikat muhammadiyah
adalah asma dan sifat Allah serta akhlaknya. Nabi Muhammad disebut dengan
Muhammad karena beliau mampu berakhlak dengan seluruh akhlak ketuhanan
tersebut.
Dalam Filsafat
Hikmah Mulla Shadra juga mengemuka konsep wahdatul wujud. Sesuai dengan
penjelasan para pemerhati Filsafat Hikmah, Mulla Shadra dalam menjelaskan
konsep wahdatul wujud banyak terpengaruh oleh pandangan Ibn Arâbî.
Perbedaan asasi
antara Ibn Arâbî dan Mulla Shadra terletak pada penekanan Ibn Arâbî atas "thuri warai thur aql" konsep wahdatul
wujud. Mulla Shadra meyakini bahwa konsep wahdatul wujud dapat
dijelaskan secara filosofis. Atas dasar ini, sistem filsafat Mulla Shadra
berdasarkan dan berpijak pada masalah kehakikian wujud (ashalatul wujud)
dan wahdatul wujud.
Disebutkan
bahwa masalah wahdatul wujud bagi urafa sekali-kali tidak dikemukakan
sebagai satu konsep murni filosofis dan terpisah dari realitas kehidupan.
Masalah wahdatul wujud merupakan pengungkap tertinggi derajat kemurnian
dan ketulusannya dalam bertauhid kepada Allah Swt. Kehidupan yang sarat dengan
cinta dan harapan urafa Ilahi sejatinya merupakan jelmaan kehidupan yang
berdasarkan wahdatul wujud.
0 komentar:
Posting Komentar